Minggu, 04 Juli 2021

Tugas Tantangan Masa Depan

Nama : Gian Gideon

NIM : 16220074

Kelompok : 132


Hasil Observasi

Topik yang akan saya bahas pada "Tugas Tantangan Masa Depan" ini adalah berkaitan tentang dampak dari teknologi. Saya seringkali mengobservasi dan mengamati dampak dari teknologi di lingkungan sekitar saya. Salah satu dampak dari teknologi yang paling dekat dengan masyarakat di sekitar saya adalah handphone. Handphone yang semakin pintar kini semakin mudah dimiliki oleh masyarakat di lingkungan sekitar saya dan seringkali saya melihat dengan mata telanjang keadaan anak-anak di lingkungan sekitar saya yang sudah sangat pandai menggunakan handphone. Tak jarang saya menemu sekumpulan anak yang bermain bersama menggunakan handphone mereka di tempat-tempat tertentu seperti pos satpam, dan tempat semacamnya. Di satu sisi, kemahiran anak-anak ini dalam mengoperasikan handphone menunjukkan bahwa generasi muda di lingkungan sekitar saya sudah tidak gagap teknologi dan justru telah berbaur dengan teknologi itu sendiri. Dampak dari teknologi ini telah merambat ke generasi muda lingkungan sekitar saya. Akan tetapi, di samping realita yang baik mengenai dampak dari teknologi tadi, ada realita buruk yang harus dihadapi pula. Tak jarang anak-anak ini mengabaikan sosialisasi dan lebih terbawa ke dalam tensi permainan yang mereka mainkan. Di samping itu, intensitas permainan mereka pun seringkali melebihi batas wajar dan bisa berjam-jam. Seringkali saya mengamati mereka masih bermain hingga malam hari. Tindakan ini sering dinamai mabar dan biasanya dilakukan oleh lebih dari 2 orang.

Melihat keadaan ini, saya menjadi terpikirkan akan suatu tantangan masa depan. Saya menjadi khawatir akan munculnya generasi muda yang melek teknologi, namun apatis di realita. Di satu sisi, saya memang cukup senang akan kemajuan generasi muda ini untuk adaptif terhadap teknologi, tapi di sisi lain saya prihatin dan cukup khawatir akan keadaan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. 

Isu ini menjadi penting dan cukup urgent karena memang tidak tampak sebagai suatu isu yang signifikan, namun jika terus terjadi bisa berdampak yang cukup berbahaya. Teknologi yang kita terima seharusnya bisa membantu kita menjadi lebih baik dan bukannya merusak kepribadian kita yang sebelumnya telah baik. Saya selalu memandang teknologi sebagai sesuatu yang memudahkan manusia dalam pekerjaannya dan saya selalu percaya bahwa teknologi memiliki dampak yang buruk jika tidak di-filter dengan baik oleh orang yang terpapar olehnya.

Sebagai mahasiswa, saya memiliki peran untuk menyadarkan masyarakat di lingkungan sekitar saya akan isu ini. Terkadang saya menegur anak-anak ini dan menyuruh mereka untuk kembali melakukan pekerjaan lain, seperti belajar, bermain permainan tradisional, ataupun membantu orang tua mereka. Pendekatan yang saya lakukan selalu dengan sopan dan santun, serta tidak pernah secara memaksa. Sebagai mahasiswa pun, saya harus beradaptasi terhadap hal ini. Menyadari hal ini membuat saya untuk lebih sadar akan dampak negatif dari teknologi dan lebih menyaring dampak dari teknologi.

Jumat, 02 Juli 2021

Tugas Mengenal Kebudayaan di Lingkungan Sekitar

Nama : Gian Gideon

NIM : 16220074

Kelompok : 132 


Hasil Observasi

Daerah lingkungan sekitar saya adalah Jawa Barat, tepatnya Bandung. Saya menimba ilmu di kota tersebut dan berdasarkan pengalaman saya sebagai murid Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA), saya telah menyaksikan berbagai kebudayaan yang tampak secara langsung di hadapan saya.

Pada saat saya SMP, kebudayaan di sekolah tempat saya menimba ilmu tersebut adalah adanya pelajaran bermain gamelan. Berdasarkan pelajaran yang saya terima dari guru yang mengajarkan saya saat itu, gamelan merupakan kebudayaan yang berasal dari Jawa. Gamelan ini sendiri merupakan sekumpulan alat musik yang dimainkan oleh beberapa orang hingga tercipta keharmonian nada, karena sejatinya memainkan gamelan ini pun butuh koordinasi dan kerja sama yang baik antar pemain musiknya. Beberapa alat musik yang terdapat pada gamelan ini adalah gendang atau kendang untuk mengatur tempo, kemudian ada juga gong, suling, gambang yang terdiri dari bilah-bilah kayu, serta ada juga bonang yang cara memainkannya sama seperti gambang, yaitu dengan cara dipukul. Adanya pelajaran bermain gamelan ini membuat saya penasaran, hingga akhirnya saya bertanya pada guru saya mengenai alasan diadakannya pelajaran bermain gamelan ini di sekolah. Beliau menjawab bahwa pelajaran bermain gamelan ini sejatinya diadakan agar para generasi Indonesia tidak melupakan budaya-budaya yang ada di negaranya sendiri, salah satunya dengan bermain gamelan ini.

Beranjak ke SMA, saya pun merasakan adanya budaya menggunakan pakaian kebaya putih (untuk perempuan) dan pangsi (untuk laki-laki) setiap hari Jumat. Saya merasa nyaman akan hal ini karena penerapan pemakaian pakaian budaya yang diadakan sekali seminggu menurut saya merupakan langkah kecil yang dapat dilakukan untuk meingkatkan kesadaran para anak muda untuk tidak melupakan kebudayaan negeri yang ditinggalinya. 

Berdasarkan tiga perspektif pemosisian kebudayaan atau 3T, yaitu Tatanan, Tuntunan, serta Tontonan, setiap kebudayaan yang kita lihat pasti mengandung atau bisa dilihat dari ketiga perspektif ini. Untuk bermain gamelan sendiri dapat dipandang sebagai tontonan, tapi di samping itu juga dapat dipandang sebagai tuntunan agar masyarakat kita lebeih sadar akan pentingnya kerja sama dan gotong royong, serta dapat dipandang sebagai representasi tatanan yang ada, di mana setiap masyarakat seyogianya memiliki peran mereka masing-masing dalam kehidupan bermasyarakat dan seharusnya berjuang sebaik mungkin dalam perannya masing-masing tersebut demi tercapainya keharmonisan. Selain itu, untuk pemakaian pakaian adat seperti pangsi dan kebaya sendiri bisa menjadi representasi identitas suatu daerah dari negeri kita, di samping itu juga menjadi tuntunan bagi para anak muda untuk tetap bangga akan kebudayaan negerinya, serta bisa juga menjadi tontonan yang baik dan menyenangkan untuk dilihat.


#Mengbudaya

#KATITB2021