Senin, 28 September 2020

Mendifinisikan Peran

Perkenalan singkat, nama saya Gian, lahir di Bandung, 3 Maret 2002. Saya anak ke-2 dari 2 bersaudara. Saya bersekolah di SDK 6 sebagai SD saya, lalu lanjut ke SMPK 1 sebagai SMP saya, lalu setelah itu ke SMAN 3 sebagai SMA saya, lalu pada akhirnya saya berlabuh di ITB sebagai tempat saya berkuliah. Kelebihan saya adalah pantang menyerah dalam suatu tujuan serta sangat semangat dalam mengerjakan sesuatu yang disukai. Akan tetapi, saya juga memiliki kekurangan seperti sering menunda pekerjaan dan sering merasa panik pada beberapa situasi. Hobi saya adalah bermain sepak bola dan secara kebetulan sangat tidak menunjang perkuliahan saya sekarang dan pekerjaan saya nanti.

Cita-cita saya tidak pernah jelas sejak kecil, karena nyatanya cita-cita saya sejak kecil adalah menjadi pemain sepak bola. Ya, cita-cita menjadi pemain sepak bola bukanlah sesuatu yang menjanjikan di Indonesia (kata orang tua saya) dan seiring waktu saya sadar akan hal itu. Kurangnya support dari orang tua untuk mendukung hal tersebut menjadi cita-cita yang nyata (tentunya dengan pertimbangan-pertimbangan yang logis dan saya tidak menyalahkan mereka akan hal ini) tak mengubah ketekunan saya belajar selama masa-masa SD dan SMP walaupun tidak mengetahui kelak akan jadi apa. Namun, seiring waktu, saya melihat ketertarikan di bidang IPA dan menjadikan bidang tersebut menjadi sesuatu yang saya minati (walaupun saya tidak cukup baik di bidang tersebut). Maka pada akhirnya, cita-cita saya masih mengawang bebas di atas sana, namun jika memang "Apa cita-cita anda ?" memanglah sebuah pertanyaan yang harus saya jawab, mungkin saya akan jawab bahwa saya ingin bekerja di bidang industri farmasi dan yang terutama adalah menjadi apoteker.

Berhubungan dengan cita-cita saya tadi, menjadi apoteker berarti menjadi ahli obat dan itu berarti saya akan memiliki andil dalam kesehatan di masa depan nanti. Rencana saya tentunya sama dengan orang-orang dalam bidang saya pada umumnya, menyelesaikan masalah-masalah penyakit yang ada atau yang akan datang demi kemaslahatan bersama. Namun, sebelum itu saya harus lulus sarjana terlebih dahulu. Saya berencana untuk menyelesaikan studi s1 saya dalam waktu 4 tahun, lalu mengambil profesi apoteker setelah itu demi melancarkan rencana saya itu.



#StoryOfMyLife

#MendefinisikanPeran

#OSKMITB2020

#TerangKembali

Rabu, 23 September 2020

Hah!? Apakah Manusia harus Migrasi ke Planet Lain di Masa Depan??

Pindah ke Planet lain?? Biar apa??? Ngapainn!?


Ya, pertanyaan-pertanyaan di atas tiba-tiba muncul di pikiran saya ketika saya mandi. Memang bukan hal yang unik menemukan ide-ide nan absurd ketika kita sedang beraktivitas di kamar mandi. Seringkali saya menemukan gagasan-gagasan random ketika beraktifitas di kamar mandi, seperti "Mengapa harus apel yang jatuh ke kepala Newton ketika ia berada di bawah pohon dan bukan durian atau jangkar seberat 1 ton??" Sekian pembukaan atas pembahasan mengapa saya memutuskan untuk pindah ke planet lain membahas ide saya bahwa kehidupan kita sebagai manusia akan dihadapkan oleh sebuah tantangan di masa depan di mana kita harus terpaksa pindah ke planet lain. Terlepas dari cara saya membahas ide saya dengan tidak terlalu formal, saya pastikan pasti masih ada faedah dari tulisan saya kali ini, iya kan? 

Tantangan di masa depan dapat kita analisis melalui kacamata VUCA. Apa sih VUCA? VUCA bukanlah nama seorang gadis yang kamu temui secara tidak sengaja karena menabraknya saat mengantri tiket di bioskop, karena bahkan VUCA bukanlah nama orang sama sekali. VUCA adalah singkatan dari Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity. yaitu suatu konsep yang mendeskripsikan sifat perubahan yang sedang dan akan dihadapi dunia. VUCA didefinisikan sebagai sifat tantangan masa depan. VUCA adalah 'kacamata' yang dapat membantu kita memahami tantangan yang akan kita hadapi. Maka dari itu, pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai tingginya potensi kita akan meninggalkan bumi ini karena kondisi bumi yang akan semakin memburuk di masa yang akan datang melalui kacamata VUCA.

VOLATILITY
Bukan lagi sering berubah, tapi bisa kita katakan kondisi bumi sekarang sudah sangat tidak menentu dan dapat berubah secara ekstrem suatu waktu. Mulai dari musim yang sudah pancaroba, bencana alam yang kadang tak terprediksi, juga kondisi bumi yang semakin menua dan kita pun sebagai manusia sering kali memilki andil dalam memperparah kondisi bumi kita ini, mulai dari berbagai polusi yang manusia ciptakan setiap harinya, juga berbagai kelalaian-kelalaian lainnya yang tanpa sengaja berdampak pula pada kondisi bumi ini, seperti yang sedang ramai akhir-akhir ini yaitu peristiwa gender-reveal party yang justru berujung tragis bagi lebih dari 20.000 hektar hutan di California (per 18 September). Tak menjadi hal aneh jika kita akan dipaksa secara alamiah untuk meninggalkan bumi ini cepat atau lambat di masa depan nanti.

UNCERTAINTY
Kondisi bumi kita ini tidak bisa kita ketahui dengan pasti. Mengingat luas bumi ini yang mencapai 510,1 juta km^2, maka sangat sulit untuk menentukan kondisi bumi pada setiap penjurunya secara pasti.

COMPLEXITY
Masalah-masalah yang terjadi di bumi ini (dalam bidang alam) biasanya memiliki keterkaitan kepada komponen-komponen lainnya di bumi, contoh terdekatnya ialah bencana alam. Misalkan saja terjadi gempa bumi atau tsunami di suatu daerah, biasanya musibah tersebut akan memiliki keterkaitan bagi daerah-daerah lain di sekitarnya, juga berdampak bagi aktivitas ekonomi masyarakat daerah-daerah tersebut. Tingkat keterkaitan tersebut pun berbanding lurus dengan kekuatan dari bencana alam yang terjadi, jadi mungkin saja akan ada bencana alam yang sangat dahsyat di masa mendatang yang akan menimbulkan kompleksitas yang sangat tinggi hingga memaksa manusia untuk pindah ke planet lain di masa depan.

AMBIGUITY
Letak, kekuatan, dan jenis ancaman yang akan mengancam kondisi bumi kita tidaklah jelas. Dia bisa datang secara alamiah, namun bisa juga datang dari diri kita sendiri. Tindakan-tindakan kecil dan dekat dengan kebiasaan kita seperti membuang sampah sembarangan memang tidak bisa terdeteksi satu-satu di bumi ini, namun secara bersamaan dampaknya akan terasa bagi kondisi bumi ini ketika dilakukan oleh manusia secara terus-menerus.

LAH, terus SOLUSI-nya apa dong?
Jujur, saya juga tidak memiliki solusi yang pasti karena saya tidak begitu paham mengenai kondisi bumi ini dan cara menanggulangi masalah-masalahnya. Lalu mungkin anda pembaca dari artikel ini akan berpikir, "Hmm.. lantas untuk apa orang ini menulis artikel sepanjang beberapa puluh atau ratus kata hanya untuk mengatakan bahwa ia tidak tahu solusi yang pasti mengenai apa yang ia bicarakan selama beberapa menit ini?" Jawabannya tidak ada pada saya, atau harus saya katakan tidak hanya ada pada diri saya, namun ada pada diri kita masing-masing. Setidaknya setiap hari kita bisa mengusahakan yang terbaik dari peran-peran kita dalam hidup kita masing-masing untuk kondisi bumi ini. Peran saya saat ini hanyalah mahasiswa. Ya, bahkan masih sangat baru jadi mahasiswa. Lalu mungkin anda pembaca akan bertanya "Lantas apa aksimu?" 

Jawaban saya,

"Yang bisa saya lakukan hanyalah membuang sampah pada tempatnya...
sambil berharap dan berdoa, saya tetap bisa tinggal di bumi ini dan memandang cakrawalanya sampai saya pergi meninggalkan segala keindahannya nanti."


#TantanganMasaDepan
#DuniaVUCA
#OSKMITB2020
#TerangKembali